Modul 1.4.a.5 – Ruang Kolaborasi – Budaya Positif

TUGAS RUANG KOLABORASI
MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

OLEH: HAIRI DEFI
SMP NEGERI 35 PADANG
CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 8
KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Pada sesi ini, CGP akan melakukan kerja kelompok dengan ketentuan sebagai berikut.

  1. Dalam kelompok masing-masing, pelajari kasus-kasus yang disediakan.
  2. Lakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus yang disediakan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di tiap kasus yang disajikan.

KELOMPOK 2

  1. IKHSANUL ARIF
  2. DESSY SARTIKA
  3. HAIRI DEFI

KASUS 1

Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.

Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, Namun, Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?

Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.

Langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?
validasi tindakan dan menanyakan keyakinan

Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?
Usulan pertama sesuai, karena Fifi dan Natali mengusulkan penerapan keyakinan kelas, tentang sikap saling menghormati dan penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua belum sesuai karena kedua murid mengirim gagasan melalui email.

Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
Pemantau, karena Ibu Eni menunjukkan sikap emosi, marah, juga tidak menempatkan Fifi dan Natali merasa bersalah

Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?
Selaku wali kelas, Ibu Santi perlu mengkonfirmasi permasalahan yang terjadi, menanyakan kepada Fifi dan Natali, juga mengajak Ibu Eni.

KASUS 2

Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.

Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.

Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak

Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
Posisi penghukum, indikatornya yaitu pak Lukman tetap  memberikan hukuman kepada Sabrina yang melenggar aturan sekolah  dengan alasan terburu-buru dan salah memakai sepatu. Pak Lukman memberikan hukuman yang membuat Sabrina malu dan menderita karena tidak dibolehkan memakai sepatu selama di sekolah. Hukuman seperti ini hanya akan memberikan efek traumatik pada anak yang membuat mentalnya terganggu

Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, apa yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
jika pak Lukman mengambil posisi manajer, seharusanya pak Lukman menanyakan terlebih dahulu apa alasan yang membuat Sabrina terlambat sehingga dia terburu-buru dan salah dalam memakai sepatu yang sesuai aturannya. Ketika mengetahui alasannya, barulah pak Lukman sebagai manajer bisa memberikan arahan, bimbingan dan tindakan yang tepat agar Sabrina bisa memperbaiki dan meningkatkan sikap disiplin dalam dirinya

Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut, Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna hitam?
Nilai persamaan kewajiban bagi semua siswa tanpa membedakan latar belakang siswa

Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman mengenai kasus tersebut?
saya tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh pak Lukman dalam menghadapi kasus yang dialami oleh Sabrina. Sikap disiplin positif yang seharusnya ditanamamkan oleh pak Lukman sebagai guru yaitu mengarahkan Sabrina untuk menaati peraturan sekolah dengan motivasi instrinsik. Keputusan yang diambil oleh pak Lukman dengan memberikan hukuman fisik tersebut hanya akan menimbulkan efek negatif seperti rasa malu pada diri anak sehingga ia akan punya kenangan yang buruk dengan bapak tersebut

KASUS 3

Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?”

Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, seperti tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu baik untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab lirih, “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.

Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
Dalam kasus ini posisi kontrol yang diambil oleh Ibu Dani adalah sebagai penghukum. Ibu Dani menunjuk Fajar yang tidak mengikuti pelajaran karena tidur-tiduran saat belajar namun tetap memintanya untuk menjawab soal. Ibu Dani juga sebagai pembuat rasa bersalah, dimana Ibu Dani menyatakan gara-gara ulah Fajar ibu dani menderita. Sehingga Fajar cenderung merasa gagal dan merasa bersalah terhadap dirinya karena telah mengecewakan orang

Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
Dalam kasus ini sikap Fajar membutuhkan penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan), karena disini fajar tidak bisa mengerjakan tugas yang di berikan oleh Ibu Dani sehinga Fajar butuh bimbingan untuk menjadi terampil dan bisa diakui atas keterampilannya sehingga kalau Fajar telah mendapatkan pengakuan atas keterampilannya maka Fajar akan akan lebih semangat dan terus berpacu agar bisa keterampilannya terus diakui dan tidak malas dalam belajar

Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan? Jelaskan.
Kalau Ibu Dani dalam posisi Pemantau, Ibu Dani akan menanyakan kepada Fajar tentang kesepakatan kelas yang telah mereka setujui bersama, dan mengingatkan kepada Fajar tentang akibat dari kesalahan yang dialakukan dengan pertanya-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kesepakatan kelas kita tentang pada saat mengikuti pembelajaran
  2. Apakah ada salah satu kesepakatan kelas yang telah di langgar
  3. Apa konsekwensi kalau kita melanggar salah satu kesepakan kelas kita

Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah Fajar dan mengetahui hal ini, bagaimana tindak lanjut Anda?
Kalau saya sebagai kepala sekolah saya akan mencoba menggali tentang perilaku Fajar, sehingga bisa menemukan dan memahami kebutuhan dasar dari perilaku Fajar dan bisa tau apa tujuan dibalik perilaku Fajar sehingga saya bisa melihat kebutuhan dasar apa yang di butuhkan Fajar. Nanti dalam menyelasaikan permasalahan ini saya dengan mudah menerapkan prinsip segitiga restitusi.

KASUS 4

Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Suti sebagai kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya, terutama Dino. “Dino sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.” Mendengar itu, Dino pun mengalir bercerita tentang kekesalan hatinya. Ibu Suti pun melanjutkan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan bahwa mempertahankan diri adalah hal yang penting. Namun meminta Dino memikirkan cara lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini Dino berada di ruang kepala sekolah.

Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun akhirnya perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?

Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.

Akhirnya Dino mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Dino belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali terlihat kedua anak laki-laki tersebut, Dino dan Anto pada jam pulang sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.

Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
Ibu Suti berperan sebagai manajer. Ibu Suti mengkonfirmasi peristiwa yang terjadi pada Anto dan Dino, Ibu Suti menanyakan keadaan Dino. Ibu Suti juga mengajak Dino untuk mengatasi masalah melalui pemberian alternatif tindakan.

Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto dikuatkan oleh Ibu Suti?
Ibu Suti melakukan restitusi tahap 1 (menstabilkan identitas) dengan menyampaikan “kesalahan itu manusiawi, mempertahankan diri penting, ada cara yang lebih efektif”. Tahapan itu juga dilakukan pada Anto, Ibu Suti menanyakan hal apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Anto. 

Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) apa yang dituju dalam kasus tersebut? Jelaskan!
Tanggung Jawab, Integritas. Dino yang telah bertindak agresif diajak untuk melakukan tindakan yang dapat menyelesaikan masalah. Anto diajak untuk menyampaikan keinginannya terkait kerugian yang Ia alami.

LIHAT VIDIONYA DIBAWAH INI